Dunia hiburan tanah air memang rentan akan tindakan dari sebagian artis yang tidak patut ditiru oleh publik. Adapun tindakan tersebut seperti : pemakaian narkoba, KDRT, gontaganti pasangan, tindakan asusila (mesum) dsb.
Untuk mengkaji masalah yang dihadapi seorang pablic figure kita bisa menelaah penjelasan dibawah dengan mengambil satu objek public figure misalnya saja Andhika kangen band. Dia termasuk artis populer yang tersandung kasus gonta ganti pasangan, KDRT, pemakai narkoba.
G.W. Allport (dalam Sears, 1999) mengemukakan bahwa "sikap adalah keadaan mental dan saraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya".
Sedangkan Krech dan Crutchfield (dalam David O. Sears, 1999: 137), mendefinisikan sikap sebagai " organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional, emosional, perseptual, dan kognitif mengenai beberapa aspek dunia individu".
Emosi menurut Prezz(1999) adalah suatu reaksi tubuh menghadapi situasi tertentu. Sifat dan intensitas emosi biasanya terkait erat dengan aktivitas kognitif (berpikir) manusia sebagai hasil persepsi terhadap situasi.
Emosi adalah hasil reaksi kognitif terhadap situasi spesifik. Emosi pada prinsipnya menggambarkan perasaan manusia menghadapi berbagai situasi yang berbeda. Oleh karena emosi merupakan reaksi manusiawi terhadap berbagai situasi nyata, maka sebenarnya tidak ada emosi baik atau emosi buruk.
Berbagai buku psikologi yang membahas masalah emosi seperti yang dibahas Atkinson, dkk (1987) membedakan emosi hanya 2 jenis, yakni emosi menyenangkan dan emosi tidak menyenangkan.
Dengan demikian emosi dapat dikatakan baik atau buruk hanya tergantung pada akibat yang ditimbulkan baik terhadap individu maupun orang lain yang berhubungan (Martin, 2003).
Sedangkan mental, menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah suatu yang bersangkutan dengan batin dan watak manusia, yang bukan bersifat badan atau bersifat tenaga: bukan hanya pembangunan fisik melainkan juga pembangunan batin dan watak.
Dari pengertian-pengertian di atas, kita dapat melihat sosok Andhika yang sering ganti-ganti pasangan bisa dikarenakan faktor mental yang belum siap menerima perubahan yang instant sehingga berpengaruh terhadap perilakunya.
Fredrick Dermawan Purba[2] mengatakan, "Pada dasarnya, manusia tidak mudah menerima perubahan. Apalagi yang terjadi secara mendadak". Popularitas yang diraih Andhika secara tiba-tiba membuatnya tidak siap. Hasilnya, pria asal Lampung tersebut mengalami star syndrome.
Menurut pendapat Sigmund Freud perspektif Psikodinamika, Andhika memiliki Id atau dorongan biologis yang tinggi tetapi memiliki ego yang kecil bahkan superego yang sangat kecil. Id merupakan dorongan biologis atau insting yang menganut pada kesenangan dan menuntut kepuasan.
Sedangkan ego yang menjembatani antara Id dengan realitas, mengatur Ide saat waktu yang tepat. Ego menganut kepada realita. Ego primer membawa seseorang mengeluarkan idenya dengan berfantasi atau membayangkan hal-hal yang menyenangkan. Ego sekunder mengeluarkannya pada tempat yang benar. Lalu superego merupakan kontrol terhadap id yang berasal dari nilai, moral atau aturan yang berlaku.
Perkembangan psikoseksual memengaruhi karakter seseorang. Perspektif humanistik Abraham Maslow mengenai hierarchy of human needs (hirarki kebutuhan) kaitannya dengan kasus Andhika menilai ia belum mampu memenuhi kebutuhan yang mendasar atas kebutuhan fisiologisnya. Dia merasa kepuasan seksualitasnya belum terpenuhi. Dengan bergonta-ganti pasangan, ia mengharapkan kepuasan seksualitasnya terpenuhi.
Menurut pendapat Fredrick, apabila dari 5 tahap hirarki kebutuhan manusia, ia tidak akan mencapai pada tingkat kebutuhan tertinggi, yaitu aktualisasi diri sebelum kebutuhan fisiologisnya dipenuhi. Bisa disimpulkan bahwa Andhika sedang mencari kepuasan secara biologis baik secara disadari maupun tidak disadari dengan memanfaatkan popularitasnya.
Perlu banyak belajar tentang kesederhanaan evaluatif dan pendidkan moral dalam mengantisipasi dominasi sikap yang buruk terhadap perilaku atau emosi. Pelajari lingkungan sekitar sehingga dapat mudah beradaptasi.
Dengan beradaptasi kita akan meminimalisir tekanan, yang mana kita ketahui bahwa tekanan akan mempengaruhi perilaku pribadi seseorang. Dari analisis ini bisa diamati suatu pengaruh mental atau sikap terhadap perilaku. Walaupun pada kenyataanya masih banyak ahli yang memperdebatkan tentang konsistensinya pengaruh sikap terhadap perilaku.
Sumber:Nurul Komala Sari
No comments:
Post a Comment