Saat itu, dari HP saya putar lagu Opick: “Bila Waktu Tlah Berakhir” berkali-kali. Kemudian disusul oleh Lagu Bimbo: sajadah panjang.
Saat-saat seperti itulah, seringkali memori yang bernuansa spritual melintas. Tadi siang, saat melintas di jalan, saya melihat ibu yang matanya tak melihat (buta) jualan kerupuk. Walau sudah berkali-kali saya lihat ibu tsb. Ibu itu berjualan sambil menggendong anaknya. Alhamdulillah, penglihatan anaknya normal.
Siang itu, saya beli kerupuk ibu tsb. Harganya 6000/bungkus. Ternyata, kerupuk bangka,,,
Memang, sering saya lihat banyak orang buta dalam 1-2 tahun terakhir banyak yang berjulan kerupuk bangka. Saya salut pada mereka, dalam kondisi terbatas saja masih gigih berusaha.
” Ya ALLAH, berikan kepada mereka kekuatan hidup dan kecukupan hidup. Aminn”.
Saya mencoba berimajinasi sebentar. Saya berimajinasi dalam kondisi seperti mereka. Bagaimana kalau kondisi saya seperti mereka,,,
Baru sebentar saja, mata ini sudah berkaca-kaca. ” Ya Allah, bagaimana saya bisa hidup dalam kondisi buta,,,”. Saya diam sebentar.
” Ya Allah, bagaimana saya berjalan, bagaimana saya pergi, bagaimana saya makan, minum, bagaimana saya mandi,buang hajat, pakai baju, dan pertanyaan-pertanyaan lain”
Timbul pertanyaan, apakah ibu itu pernah melihat putrinya? tapi sebelumnya, ada pertanyaan yang seakan tak bisa dicerna oleh akal: bagaimana ibu tsb memandikan bayinya, mengganti pakaiannya, membersihkan pipis/buang hajat anaknya, memberi makan dll.
Untuk hidup sendiri dalam kondisi seperti itu saja repotnya bukan main, apalagi bila punya anak !!!
Bagaimana mereka melewati hari-hari tsb? dan yang utama adalah bagaimana mereka dapat bertahan hidup dalam kondisi demikian? dalam keadaan tsb mereka berusaha bertahan hidup. Luar biasa !!!!
Sekarang kita kembali pada diri kita. Bila kita sudah punya anak, salah satu kebahagian hidup adalah melihat anak-anak kita. Apalagi dalam masa-masa kecil, baru bisa tengkurep, merangkang, berjalan, dll. Melihat saja, merupakan kebahagian tersendiri,,,
Tapi, ada ibu yang mengandung, melahirkan, mengasuh/merawat dll tapi belum pernah melihat anaknya. Mungkin, dia melihat dengan mata hati/bathin. Bisa jadi demikian. Tapi, kalau ditanya kepada mereka, jelas mereka tak ingin seperti itu keadaannya. Mereka ingin hidup normal. Itulah takdir. Itulah ketentuan Ilahi.
Dan menerima Takdir dan Ketentuan Ilahi adalah jalan yang paling mulia. Mereka bukan saja menerima ketentuan tsb. Tapi, mereka telah melampuai ketentuan tsb. Mereka giat bekerja
Bagi kita sebagai petani, melihat tanaman yang subur adalah kebahagian tersendiri. Melihat jumlah anakkan padi yang banyak. Melihat malai-malai padi yang berisi. Apalagi bila tanaman itu berhasil dipanen dengan banyak.
Bagi kita sebagai petani, yang kurang giat bekerja, kurang memperhatikan kondisi tanaman, dll, harusnya belajar banyak pada ibu tsb.
Belajar menghargai mata sebagai sebuah anugrah. Ya, Anugrah yang tak ternilai. Dengan mata ini, kita bisa bekerja di sawah. Bisa buat persemaian, memilih benih, menanam bibit, memberi pupuk kandang, memasukan jerami, memberi pupuk kimia, menyemprotkan pupuk cair, memanen, dll.
Ini saja adalah hal yang luar biasa. Belum lagi, kita bisa melihat dunia lain. Dunia maya: Dunia internet. Kita berselancar di internet, bisa belajar dari insan lain. Bisa bertanya ini itu. Dan segala hal.
Saya mau ke kamar mandi. Saya coba memejamkan mata menuju ke kamar mandi. Saya hanya bisa meraba-raba. Sering ketabrak yang lain-lain. Dengan susah payah, baru sampai kamar mandi. Itu baru ke kamar mandi,,,
Bagaimana kalau saya keluar rumah? Bagaimana saya ke tetangga? Bagaimana ke masjid? Bagaimana ke sawah? sekali lagi, bagaimana saya ke sawah? bagaimana saya bisa berjualan? dll
” Ya Allah, terima kasih atas ni’mat yang Engkau berikan ini”. Tak terasa, jatuh juga air mata ini,,,,
No comments:
Post a Comment